Gubernur
Sulawesi Utara Dr. S. H. Sarundajang, Kamis (5/7) Kemarin secara resmi membuka
Konferensi Manajemen Terpadu Keanekaragaman Hayati dan Hama. Konferensi tingkat
dunia ini merupakan bentuk kerjasama antara Universitas Sam Ratulangi Manado
dengan Virginia Tech Clemson University dan Usaid Amerika Serikat, dimana
tujuan utama dilaksanakannya konferensi ini adalah untuk mendiskusikan hubungan
antara keanekaragaman hayati dengan program pengendalian hama terpadu sekaligus
memastikan bahwa upaya peningkatan produksi pangan dan ketersediaan pangan yang
berkelanjutan tidak menyampingkan kelangsungan hidup biodiversitas di alam.
Dalam
sambutannya, Sarundajang menaruh harapan besar sekiranya hasil dari konferensi
ini akan semakin menyatukan persepsi dari para ahli biodiversity dan pertanian
dalam membuat dan mengembangkan program yang akan terus berkesinambungan dan
berdampak baik. Sarundajang memahami bahwa dalam konferensi tersebut sudah
barang tentu akan dibahas hal-hal teknis biodiversity dan pertanian, terutama cara
penanggulangan hama penyakit terhadap tanaman dengan cara menerapkan program
pengendalian hama secara terpadu.
Pada
prinsipnya, jelas Sarundajang, keanekaragaman hayati merupakan tingkat variasi
bentuk kehidupan, ekosistem bioma spesies, atau seluruh planet. Keanekaragaman
hayati adalah ukuran dari kesehatan ekosistem. Keanekaragaman hayati adalah
sebagian fungsi dari iklim. Perubahan lingkungan yang cepat biasanya
menyebabkan kepunahan massal keanekaragaman hayati. Salah satu perkiraan adalah
bahwa kurang dari 1% spesies yang ada di Bumi adalah yang masih ada. Data menunjukkan bahwa sejak kehidupan di bumi
dimulai, lima kepunahan massal besar dan peristiwa kecil telah menyebabkan
beberapa tetes besar dan mendadak dalam keanekaragaman hayati. Pertama periode Para
eon Fanerozoikum yang ditandai dengan pertumbuhan cepat dalam keanekaragaman
hayati melalui ledakan-Kambrium, kedua periode The 400 juta tahun ke depan termasuk diulang,
kerugian besar keanekaragaman hayati diklasifikasikan sebagai kepunahan massal,
ketiga peristiwa kepunahan Permian-Trias, 251 juta tahun lalu, adalah yang
terburuk dimana pemulihan vertebrata butuh waktu 30 juta tahun, keempat peristiwa
kepunahan Cretaceous-Paleogen, terjadi 65 juta tahun lalu, dan sering menarik
perhatian lebih dari yang lain karena mengakibatkan kepunahan dinosaurus, dan
periode yang kelima periode sejak munculnya manusia telah menunjukkan pengurangan
keanekaragaman hayati yang sedang berlangsung dan kerugian atas keragaman
genetik. Dinamakan kepunahan Holocene, pengurangan ini disebabkan terutama oleh
dampak manusia, terutama kerusakan habitat.
‘’Saya
percaya konferensi ini akan menghasilkan hal-hal yang dapat mensolusikan
kerusakan lingkungan,’’ tandas Sarundajang yang dalam acar pembukaan tersebut
didampingi oleh Rektor Unsrat Manado Dr. Donald Rumokoy, Vice President for
Outreach and International Affairs Virginia Tech Dr Guru Ghosh, USAID
Washington Dr. John Bowman, dan USAID Indonesia Dr. Donald Tambunan. (Jubir
Pemprov Sulut, Drs. Jackson F. Ruaw, M.Si)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar