Dengan terbukanya penerbangan langsung Manado-Davao Philipina,
yang ditandai dengan penerbangan langsung dari Bandara Sam Ratulangi Manado
yang mengunakan penerbagan Sriwijaya Air
menuju Bangoy Airport Davao City, yang dilakukan
Gubernur Sulut Dr.Sinyo Harry Sarundajang, senin ( 1/9) kamarin.
Sore harinya langsung ditindak lanjuti para pengusaha
Philipina. Dipimpin Konsul Jenderal (Konjen) Philipina Jose D.R Burgos melakukan
pertemuan dengan Wakil Gubernur Sulut Dr. Djouhari Kansil MPd di ruang
kerjanya. Adapun pengusaha Philipin yang di bawah Burgos yaitu Vicente T Lao
Presiden dan CEO Maharlika Perusahaan yang bergerak di bidang Agro, Marine
Ventures Corp bersama Isteri selaku Chairman dan CEO Mt. Sinai Mining
Exploration dan Development Corporation, Boni Pal Fernandez BF Industries,Inc
perusahaan yang bergerak dibidang manufacturer of activated carbon &
Charcoal Briguets serta Anelyn G Binancilan Senior Economic Development
Specialist.
Menurut Burgos pengusaha Pilipina berterima kasih kepada
pemerintah Provinsi Sulut yang kembali membuka jalur penerbagan langsung Manado-Davao,
termasuk pelayaran dengan kapal roro dari Bitung, Sangihe langsung menuju
Davao. Kesempatan ini dimanfaatkan pengusaha Philipina untuk kembali membangun kerjasama dengan pengsusaha Sulut melirik
komoditi unggulan daerah ini untuk dibawah kenegaranya.
Dalam pertemuan itu terungkap komoditi yang dilirik oleh
pengusaha Philipina antara lain rumah adat, Kelapa dan turunannya, Cengkih,
palah, jagung kemudian ikan dan turunannya. Bahkan Vicente T Lao dan Fernandes
menanyakan berapa ton jagung di sulut seiap kali panen serta tata cara pengolahan tanah (lahan) di daerah
ini.
Menjawab hal itu Wagub menyebutkan, produksi jagung sulut
setiap panen baru mencapai 85 ribu ton/hektar, setahun tiga kali panen.
Walaupun produksi jagung kita masih kecil untuk kebutuhan lokal. Tapi Sulut
bisa menjadi pusat pengolahan komoditi tersebut untuk diekspor keluar negeri.
Menurut Kansil lewat program revitalisasi pertanian, pemerintah daerah bekerjasama
dengan perbankan terus mendorong warga untuk terus menanam sampai memanfaatkan setiap
lahan tidur yang ada untuk di tanam komoditi jagung dan tanaman pertanian
lainnya. Sementara terkait dengan pengelolaan tanah, Wagub katakan disini beda
dengan daerah lain. Di Sulut yang punya tanah adalah keluarga atau personal, termasuk
tidak ada pembatasan lahan. pengusaha Philipina bisa melakukan hal ini, namun
harus ada kerjasama (memorandum Of understanding) terlebih dahulu. Begitu pula
dengan rumah adat. Di Sulut rumah adat terbesar ada di Woloan Tomohon, selain
itu di Minahasa, Minsel dan Mitra.
Kansil juga mengatakan, pelabuhan bitung saat ini telah menjadi
penampung komoditir ekspor keluar negeri. Semua komoditi ekspor tersebut
dikirim keluar negeri melalui kapal kontiner melalui pelabuhan bitung, dan ini
sudah dilakukan ke Malaysia begitu sebaliknya. Selain itu bitung juga telah
disiapkan menjadi kawasan ekonomi khusus
(KEK) dan Global HUP.
Untuk itu pemerintah Provinsi Sulut akan membantu pengusaha
Philipinan yang akan menanamkan modalnya di daerah ini, yang penting dapat
melaksanakannya dengan baik, kuncinya.
Turut hadir kadis Pertanian dan Perikanan Ir. Yohanes Panelewen,
Kadis Perindag Ir. Olvie Ateng MSi, Karo
Ekonomi Jeane Mendur dan Karo Umum Dra Femmy Suluh MSi. (Kabag humas DR. Jemmy
Kumendong MSi selaku jubir pemprov).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar