Peristiwa Merah Putih 14 Pebruari 1946 yang dikenal sebagai
peristiwa heroik di Provinsi Sulawesi Utara melawan penjajah Belanda, di Bumi
Nyiur Melambai, di peringati Pemerintah
dan masyarakat sulut melalui Temu Wicara/Resepsi Kejuangan di Gedung Graha Bumi
Beringin Manado, Jumat (13/2).
Gubernur Sulut Dr Sinyo Harry Sarundajang mengatakan,
peristiwa merah putih 14 Pebruari 1946, sebagai salah satu wujud dari sikap patriotisme
dan nasionalisme putra/putri terbaik sulut, sekaligus merupakan bagian tak
terpisahkan dari aksi patriotik dalam mempertahankan kemerdekaan pasca
proklamasi 17 Agustus 1945 dan keutuhan NKRI. Perlu dipahami bahwa setelah
kemerdekaan Indonesia di proklamirkan oleh Bung Karno dan Bung Hatta, sebagian
wilayah Indonesia Timur (Intim) masih dikuasai penjajah. Namun pada Tanggal 14
Pebruari 1946 tepatnya jam 1 tengah malam para pejuang yang dipimpin oleh Komandan
Taulu dan Wuisan memulaikan aksi penyergapan dan menangkap semua tentara
penjajah di Manado, mulai dari Komandan Garnisun Kapten Blom, Dan Korps-VII
Carlier, CPM dan seluruhnya sehingga berhasil menguasai wilayah Manado. Kaum Nasionalis
yang ditawan seperti Nani Wartabone, OH Pantouw, Geda Dauhan termasuk Pimpinan
Pemuda BPNI Jhon Rahasia dan Chris Ponto semuanya di bebaskan. Pada pagi
harinya Komandan Frans Bisman dan Freddy Lumanu berangkat dengan dua peleton ke
markas besar Kniel di Tomohon dan menangkap komandan Kniel De Vries dan Residen NICA Koomans De Ruyter
bersamaan dengan penangkapan Letnan Van Emdem, komandan kompi di girian tonsea
oleh Kumaunang. Keesokan harinya di hadapan komandan Kniel De Vries, Komandan
Taulu dan Wuisan bahwa “Kami bersama pemuda sedang memperjuangan kemerdekaan
Indonesia, dan ini kami pertahankan”. Sejak saat itulah Bendera Merah Putih
Berkibar di provinsi Sulut. Radio-radio Australia dan San Fransisco dan BBC
London serta harian Merdeka Jakarta menyiarkan tentang “Pemberontakan besar di
Sulawesi Utara”, bahkan Presiden pertama
pilihan rakyat “Bung Karno” memaklumkan, bahwa 14 Pebruari adalah hari Sulawesi
Utara, dan sejarah perjuangan Indoneai mensyukurinya”, jelas Sarundajang
sembari menyebutkan, peristiwa ini tentunya menjadi bagian penting dalam kehidupan
kita dimasa kini dan dimasa depan dalam kehidupan bermasyarakat.
Harus diakui
perjuangan kita masih panjang karena itu semangat perjuangan harus terus kita
kobarkan, karena kita memiliki tanggungjawab yang sama untuk membawa bangsa, negara
dan daerah ini mengarungi samudera pembangunan menuju kemajuan bersama. Sebagai
komitmen perjuangan kita bersama sehingga mampu menghantar sulut menyambut
kebangkitan baru sebagai salah satu pintu gerbang Indonesia di kawasan Asia
Pasifik menuju masyarakat Bumi Nyiur Melambai Sulut yang semakin berbudaya,
berdaya saing Ben Warouw, DPP Korps Pembangunan Merah Putih 14 Pebruari 1964, serta
Unsur Forkopimda Sulut. (Kabag Humas Drs Jahja Rondonuwu MSi selaku jubir
Pemprov).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar