Turunnya angka kemiskinan dan tingkat pengangguran di Sulawesi Utara menunjukkan perubahan perekonomian Sulut yang semakin baik.
"Perekonomian Sulawesi Utara senantiasa menunjukan progres yang menjanjikan, antara lain terindikasi dengan menurunnya angka kemiskinan menjadi 8,10 persen serta tingkat pengangguran terbuka, yakni 6,12 persen," kata Sekdaprov Edwin Silangen, SE, MS saat membacakan sambutan Gubernur Olly Dondokambey, SE pada Seminar Perkembangan dan Outlook Perekonomian yang dilaksanakan di Manado, Jumat (8/9/2017) pagi.
Meskipun demikian, dijelaskan Olly, tidak bisa dipungkiri bahwa kedepan dinamika pembangunan di sektor perekonomian akan senantiasa sarat dengan tantangan dan peluang.
"Bahkan pada triwulan kedua tahun 2017 ini, berdasarkan berita resmi Badan Pusat Statistik (BPS) Sulut yang dirilis Bulan Agustus, perekonomian Sulut tumbuh sebesar 5,80%, melambat bila dibandingkan dengan triwulan yang sama Tahun 2016," ujarnya.
Oleh karenanya, menurut Gubernur Olly, diperlukan sinergitas dengan semua pihak terkait untuk menyikapi berbagai dinamika tantangan yang kemungkinan terjadi serta mengoptimalkan pencapaian l sasaran di bidang perekonomian daerah pada triwulan III dan kedepannya.
"Tentu sangat disadari bahwa upaya-upaya atau program yang dikerjakan sangat membutuhkan pemantapan, penyelarasan, sinergitas serta berbagai masukan dan informasi berharga dari segenap pihak terkait, utamanya Bank Indonesia," bebernya.
Lebih jauh, masih dalam sambutan, Olly juga berharap seluruh peserta seminar dapat memberikan fokus perhatian penuh terhadap materi yang akan disampaikan oleh narasumber.
"Nantinya akan benar-benar memberikan dampak positif terhadap pencapaian pokok visi pembangunan daerah, yakni terwujudnya sulawesi utara yang berdikari dalam ekonomi, serta berkontribusi terhadap pembangunan nasional," imbuhnya.
Di tempat yang sama, Anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia, Rosmaya Hadi saat menjadi narasumber pada seminar tersebut, menegaskan bahwa prospek perekonomian global saat ini masih sejalan dengan pergeseran sumber pertumbuhan ekonomi nasional.
"Proses perbaikan ekonomi global ditopang membaiknya ekonomi tiongkok, sedangkan peningkatan ekonomi Amerika Serikat (AS) tidak setinggi yang diperkirakan sebelumnya," ujarnya.
Rosmaya juga menyebutkan adanya risiko eksternal dan internal yang dapat mempengaruhi prospek perekonomian.
"Risiko eksternal mereda terutama terkait kenaikan Fed Funds Rate (FFR) dan normalisasi neraca Bank Sentral AS. Risiko internal terkait risiko domestik yang menyebabkan berlanjutnya proses konsolidasi korporasi dan perbankan," tandasnya.
Adapun pertemuan itu turut dihadiri Ketua DPRD Sulut, Andrei Angouw, Kepala Kantor Perwakilan BI Sulut, Soekowardojo dan Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan, Rudi Mokoginta, SE, M.TP. (BerSin) (Humas Pemprov Sulut)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar