Mungkin banyak yang tidak mengetahui bahwa di Provinsi Sulawesi Utara dahulu ada kain tenun koffo yang telah dikenal dan dikembangkan sejak tahun 1519.Tenunan Kain Koffo dibuat atau dikerjakan putra-putri Raja di Sangihe Talaud yang sarangsen maka kahiwu dan bahan Bakunya diambil dari serat pohon pisang abaka atau orang sangihe talaud menyebutnya hote/rote dan orang manado menyebut pisang manila atau kofi sangi untuk minahasa.
Kekayaan budaya kain koffo ini dapat dilihat di museum Nasional Jakarta,museum Textile Jakarta,museum Kebudayaan Provinsi Sulawesi Utara bahkan di Museum Nasional Swiss.
Ragam Hias Tenun Koffo Sangihe Talaud dibentuk menurut contoh anyaman dan dengan menggunakan teknik tenun pewarna alami dari desa-desa setempat dan menghasilkan motif dekoratif berdasarkan bentuk serta simbol tradisional.
Hasil tenunan kain Koffo dipakai oleh orang Sangihe Talaud baik laki-laki dan perempuan dengan motif yang mirip damask kembang berwarna tunggal.Diatas salana barinya,celana yang panjangnya sampai ketumit,laki-laki memakai baju terusan pajang lurus semacam baju toro yang disebut laku manandu, semakin baju itu menyeret ditanah maka semakin bergengsi pakaiannya.sedangkan pentup kepala yang dipakai adalah paporong atau kain Koffo dengan lajur hias tenun kecil serta dengan melipat lipat ikat kepala sehingga terlihat anggun dan berwibawa.
Selama berabad-abad kegiatan tenun Koffo Sangihe Talaud dan akhirnya terhenti pada tahun 1970 hal ini diakibatkan dengan munculnya kapas dan perdagangan textil dari luar negeri yang begitu besar, padahal dahulunya kain tenun ini pernah menjadi primadona etnik sangihe talaud untuk keperluan sehari-hari dan keagamaan bahkan diperjualbelikan didaerah sekitarnya.
Cindy Wowor, SE. MM pendiri COFO yang juga putri daerah Sulawesi Utara ketika menghadiri seminar kain daerah koffo sangihe talaud telah punah dari peneliti Steven Sumolang S.sos , Msn di Museum Textile jakarta tahun 2016, terinspirasi dan terpanggil untuk menghidupkan kembali nilai nilai budaya bangsa khususnya Sulawesi Utara yang sudah dapat dikatakan punah.
Punahnya kain Tenun Koffo sebagaimana hasil seminar tersebut,tidak menyurut semangat Cindy Wowor dan pada bulan maret 2017 yang lalu telah melakukan survey lebih mendalam khususnya di talaud untuk menggali informasi,tatap muka dan diskusi dengan kelompok-kelompok desa, yang kegiatannya difasilitasi oleh pemerintah kabupaten Kepulauan Talaud melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan.
"Berdasarkan hasil seminar tersebut dan Survey lapangan di kabupaten kepulauan talaud saya langsung melakukan Audience dengan Bapak Gubernur Sulawesi Utara atas Punahnya kain Koffo dan akhirnya saya mendapat lampu hijau untuk revitalisasi kain Koffo kembali"kata Cindy Wowor.
Dan akhirnya pada bulan April 2017 yang lalu, saya mendirikan COFO untuk pengembangan dan pelastarian kain tenun Koffo sebagai salah satu nilai nilai budaya bangsa dari Provinsi Sulawesi Utara yang sempat punah,dengan menggunakan bahan kapas dan modern lainnya dengan mempertahankan ragam hias asli Koffo serta modifikasi baru yang dikembangkan sebagaimana aslinya pada masa lalu.
"Disamping itu juga kedepan COFO akan melakukan pelatihan-pelatihan penenunan kepada masyarakat ditalaud yang rencananya pada masing masing kecamatan ada kelompok tenun Koffo sehingga dapat mendukung tingkat produltivitas serta kualitas" tambah Cindy Wowor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar