Seminar Nasional Kebangsaan yang dilaksanakan dalam rangka HUT ke-84 Kerapatan Gereja Protestan Minahasa (KGPM) ,sukses menghadirkan tokoh-tokoh nasional, bahkan Menteri Agama RI Drs H Lukman Hakim Saifuddin di Graha Gubernuran Bumi Beringin Manado Kamis ( 26/10/2017 ) kemarin.
Hadir mewakili Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey, Wakil Gubernur Steven Kandouw dalam sambutannya memberi apresiasi kepada KGPM karena melaksanakan seminar skala nasional dengan tema yang sangat Sulawesi Utara.
"Seminar nasional ini mengangkat tema yang sangat baik, apalagi bicara soal toleransi dan kebangsaan. Apresiasi kami berikan kepada KGPM karena bisa melaksanakan kegiatan ini dalam rangkaian perayaan hari ulang tahun ke-84," ujar Wagub Kandouw.
Lanjutnya, apresiasi setinggi-tingginya diberikan pemerintah provinsi Sulawesi Utara kepada KGPM bukan hanya karena sukses melaksanakan kegiatan skala nasional, tapi juga karena selama 84 tahun berdiri, KGPM tetap menjaga komitmen sebagai gereja nasional yang terus meningkatkan pelayanannya.
"Gereja lain masih berkelahi, KGPM tetap fokus melayani. Tetap adem-adem saja dalam upaya meningkatkan pelayanannya sebagai gereja. Kami sangat mengapresiasi itu," tambahnya.
Selanjutnya, Menteri Agama (Menag) RI, Lukman Hakim Saifuddin mengatakan bahwa kerukunan dan kedamaian antar umat beragama tidak turun dari langit melainkan harus terus diupayakan oleh semua masyarakat.
Namun, Lukman Hakim juga bersyukur bahwa di tengah-tengah kemajemukan yang luar biasa, bangsa Indonesia masih mampu menjaga jati dirinya.
"Meskipun tentu dibeberapa tempat ada kasus-kasus yang harus memerlukan perhatian yang lebih serius oleh pemerintah," ujarnya saat menjadi keynote speaker pada seminar nasional kebangsaan
Ia menyebutkan bahwa tingkat kerukunan hidup antar umat beragama di Sulut termasuk yang tinggi dan baik, selain NTT dan Bali. "Itu daerah-daerah yang indeks kerukunannya baik, dan ini tentu harus dijaga, dipelihara dan dirawat sebaik-baiknya," tegasnya.
Untuk itu ia mengapresiasi kegiatan seminar nasional kebangsaan yang di prakarsai oleh Kerapatan Gereja Protestan Minahasa (KGPM) bersama Pemprov Sulut ini. "Karena ini cara kita menjaga, memelihara sekaligus merawat kerukunan kita dengan cara bagaimana agama bisa dikembalikan kepada substansi dan esensi ajaran yang sesungguhnya," lanjutnya
Ia juga menyinggung soal penghentian ibadah di Yogyakarta. Ia mengajak agar semua elemen masyarakat lebih mampu bertoleransi kepada sesama dalam hal menjalankan ibadah.
Selain itu, Lukman Hakim menegaskan perlunya membedakan antara rumah ibadah dan tempat ibadah. Kalau rumah ibadah, karena ini namanya rumah tentu ini ada konsekuensi secara yuridis secara sosiologis karena diperlukan izin, IMB lalu kesepakatan dari warga setempat seterusnya.
"Sedangkan tempat ibadah, semua orang bisa beribadah sesuai dengan agamanya dan dimanapun saja. Tapi pointnya adalah harus bisa memberikan toleransi," tutupnya.
Turut Hadir Forkopimda Sulut, Sinyo H Sarundayang, Kaban Kesbang Steven Liow, Kepala Biro Kesra dr Devi Kandouw-Tanos, Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar