Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey, SE menghadiri Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (BI) 2017 di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, Selasa (28/11/2017) malam.
Presiden RI Joko Widodo membuka langsung acara yang mengusung tema Memperkuat Momentum itu. Dalam pidatonya, Jokowi sempat menyinggung pihak-pihak yang masih menyangsikan upayanya menggenjot pembangunan infrastruktur.
Namun, Jokowi memastikan pembangunan infrastruktur akan membawa perbaikan bagi Indonesia.
"Infrastruktur lagi dalam proses, itu pun masih ada yang menyangsikan apakah dengan infrastruktur akan memberikan perbaikan? Saya jawab ya, pasti," kata Jokowi.
Jokowi mengatakan, semua negara saat ini gencar membangun infrastruktur, termasuk Indonesia. Kenapa? Karena infrastruktur membuat kegiatan ekonomi menjadi efisien.
"Karena infrastruktur efisiensi makro akan ketemu, logistik semuanya akan bisa lebih cepat, murah dan efisien," tegas Jokowi.
Selama 3 tahun terakhir, Jokowi gencar membangun infrastruktur dari Sabang sampai Merauke. Mulai dari jalan trans, jalan tol, pelabuhan, bandara, hingga bendungan dan irigasi.
Contohnya, jalan Trans Papua, tol Trans Sumatera, mempercepat proyek tol Trans Jawa, membangun pelabuhan dan bandara di kawasan Indonesia Timur, hingga ke pulau-pulau terpencil dan terluar.
Pada pertemuan itu juga, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo memaparkan proyeksi ekonomi nasional di tahun depan, antara lain, pertumbuhan ekonomi, inflasi, kebijakan moneter, arah kebijakan makroprudensial, sistem pembayaran.
Adapun arah kebijakan yang BI didasarkan pada tiga prinsip dasar kebijakan, yaitu berorientasi masa depan, berkesinambungan dan berimbang.
Sebelumnya, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) yang berlangsung pada 15-16 November 2017 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate sebesar 4,25 persen, dengan suku bunga Deposit Facility tetap 3,50 persen dan Lending Facility tetap 5 persen."Keputusan tersebut berlaku efektif sejak 17 November 2017," jelas Gubernur BI
Agus menjelaskan, keputusan tersebut konsisten dengan upaya menjaga stabilitas makroekonomi dan stabilitas sistem keuangan, serta mendorong laju pemulihan ekonomi dengan tetap mempertimbangkan dinamika perekonomian global maupun domestik. Tingkat suku bunga kebijakan saat ini dinilai masih memadai untuk menjaga laju inflasi sesuai dengan sasaran dan defisit transaksi berjalan pada level yang sehat.
Menurut Agus, BI tetap mewaspadai sejumlah risiko, baik yang berasal dari global terkait rencana pengetatan kebijakan moneter dan reformasi fiskal di AS serta tekanan geopolitik lainnya. Bank Indonesia akan terus berkoordinasi dengan Pemerintah untuk memperkuat bauran kebijakan dalam rangka menjaga stabilitas makroekonomi, stabilitas sistem keuangan dan memperkokoh fundamental ekonomi Indonesia.
Ia melanjutkan, nilai tukar rupiah melemah pada Oktober 2017 karena dipengaruhi oleh faktor dari luar dan bukan karena alasan fundamental ekonomi. "Rata-rata harian selama Oktober melemah 1,63 persen menjadi 13.528 per dolar AS," tutur dia. Dolar AS menguat secara global sebagai dampak dari respons pasar keuangan terhadap proses pencalonan pimpinan Bank Sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) dan normalisasi moneter serta rencana reformasi pajak.
Adapun pertemuan tahunan BI turut dihadiri sejumlah menteri kabinet kerja, seperti Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, dan Menteri Koordinator Bidang Maritim Luhut Binsar Panjaitan. * (BerSin) (Humas Pemprov Sulut)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar