Menjelang
kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, Pemerintah meminta semua
pihak untuk tidak merespon secara berlebihan, bahkan mampu menerjemahkan alasan
utama kenapa sampai Pemerintah harus melakukan penyesuaian harga BBM di tahun
2013 ini. ‘’Situasi ekonomi dunia yang belum menentu dan kebutuhan pembangunan
infrastruktur dalam negeri perlu direspon dengan penurunan biaya subsidi BBM. Menaikkan
harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi sudah pasti mengundang protes. Ini
adalah kebijakan yang sangat tidak populer. Banyak orang menilai, keputusan itu
tidak berpihak pada rakyat banyak atau kaum papa. Jika mungkin, tentu
Pemerintah menghindari kebijakan yang tidak menyenangkan banyak orang ini.
Namun, pada suatu kondisi tertentu seperti saat ini, mau tidak mau pemerintah terpaksa
mengambil langkah yang tidak popular demi kepentingan yang lebih besar,’’ jelas
Gubernur Sulawesi Utara Dr. S. H. Sarundajang melalui Kepala Biro Ekonomi Dr
Adri Manengkey.
Lebih
lanjut Manengkey menjelaskan, sesuai Instruksi Presiden nomor 5 tahun 2013,
Pemerintah perlu melakukan sosialisasi, memberikan pemahaman secara baik dan
benar kepada public terkait penyesuaian harga BBM tahun 2013 ini. ‘’Mengapa
pemerintah perlu menaikkan harga Premium dan Solar karena harga jual Premium
dan Solar saat ini jauh lebih rendah
daripada harga pokoknya. Pemerintah harus menambal kekurangan itu dengan mengambil
uang (subsidi) dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN),’’ jelas
Manengkey sembari menambahkan bahwa harga minyak dunia dan konsumsi dalam
negeri yang semakin melonjak tinggi belakangan ini membuat subsidi untuk
Premium dan Solar menjadi semakin besar.
Dalam
menghitung APBN 2012, lanjut Manengkey, Pemerintah dan DPR menyepakati harga minyak
mentah Indonesia sebesar US$ 90 per barel sebagai patokan. Kenyataannya, selama
Februari rata rata harga minyak mentah Indonesia saat ini sudah US$ 122,17 per
barel. Sedangkan konsumsi Solar dan Premium juga meningkat dari 35,8 juta
kiloliter pada 2010 menjadi 38,5 juta kiloliter pada 2011 lalu. Akibatnya,
subsidi untuk Solar dan Premium sepanjang 2012 melonjak dari Rp 123,6 triliun
menjadi Rp 191,1 triliun. ‘’Jika harga minyak dunia terus naik, subsidi akan menggelembung
di luar kemampuan anggaran negara. Padahal, pengeluaran itu akan lebih bermanfaat
jika dipakai untuk keperluan lain, misalnya pembangunan jalan, jembatan,
dermaga, kapal perintis, infrastruktur lain yang sangat diperlukan masyarakat
atau untuk peningkatan pelayanan pendidikan. Hal ini yang perlu dimengerti
oleh seluruh lapisan masyarakat,’’ tandasnya sambil menegaskan bahwa masyarakat
yang kurang mampu akan menikmati manfaat lebih besar jika harga Premium dan
Solar lebih tinggi. Sebab, masyarakat yang kurang mampu bukan konsumen Premium
maupun Solar.
Terkait
berbagai reaksi yang akan muncul dari adanya penyesuaian harga BBM ini,
berdasarkan hasil pertemuan dengan beberapa pihak terkait seperti BIN, Para
Asisten bidang Pereknomian, Kabag Ekonomi Kabupaten Kota, Badan Kesbang, dan
aparat Keamanan, pada Senin (17/6) Kemarin, sepakat untuk bersama-sama
mengawal, menjaga, dan memberikan pemahaman terkait penyesuaian harga BBM. ‘’Pihak
kepolisian akan rutin melakukan operasi, tidak boleh ada kelangkaan BBM karena
stok BBM tetap ada bahkan melebihi quota normal. Diharapkan masyarakat juga
melakukan pemantauan jika didapati ada permainan langsung melapor ke pihak
berwajib,’’ tukas Manengkey.
Prinsipnya,
tambah Manengkey, pemerintah tidak hanya menaikkan harga BBM bersubsidi. Untuk
mengantisipasi melonjaknya defisit anggaran, juga ada serangkaian kebijakan
mulai dari penghematan pengeluaran, optimalisasi penerimaan negara dari pajak
maupun non pajak, serta memanfaatkan sisa anggaran lebih (SAL) tahun lalu. Penghematan
belanja secara besarbesaran itu dilakukan dengan mengurangi pengeluaran
belanja pegawai, perjalanan dinas non operasional, pembelian barang non operasional
maupun honorarium. Usulan pemotongan belanja Pemerintah ini mencapai Rp 60,9
triliun. Kendati melakukan penghematan besar besaran, pemotongan belanja Pemerintah
itu terbatas pada dana nonoperasional sehingga tidak akan menurunkan kualitas
pelayanan publik di bidang pendidikan dan sebagainya, dan tidak akan menganggu
rencana pembangunan proyek proyek infrastruktur yang sangat dibutuhkan
masyarakat. Pemerintah justru mengusulkan untuk menggunakan seba gian dari
penghematan subsidi untuk meningkatkan beberapa program kesejahteraan rakyat
dan infrastruktur. (Jubir Pemprov Sulut, Drs. Jackson F. Ruaw, M.Si)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar