Jumat, 23 April 2021



Wakil Gubernur Sulawesi Utara Steven O.E. Kandouw membuka Konferensi Daerah (Konferda) IV Persatuan Alumni (PA) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Sulut di Rimba Lamet, Desa Rasi Satu, Kecamatan Ratahan, Kabupaten Minahasa Tenggara, Jumat (23/4/2021).


Pada kesempatan itu, Wagub Kandouw mewakili Gubernur Sulut Olly Dondokambey mengucapkan selamat melaksanakan Konferda ke-4 kepada segenap komponen PA GMNI Sulut.


Kandouw mengajak seluruh kader GMNI tak pernah berhenti untuk bekerja keras dalam pembangunan daerah.


“Kita jangan cepat puas dengan capaian yang telah dicapai selama ini. Kita harus berperan bersama dan bekerja keras untuk membangun daerah,” kata Kandouw.


Untuk itu, Kandouw meminta kader GMNI untuk menjalankan spirit marhaenisme agar bisa maju dan berkembang. Bukan saja secara ekonomi, melainkan juga harkat dan martabatnya sebagai manusia.


"Harus mampu mengimplementasikan paham marhaenisme dalam kehidupan saat ini," ujarnya.


Kandouw optimis GMNI dapat bersaing dan menghasilkan perubahan di era sekarang ini yang masih di masa pandemi Covid-19.


"Kader GMNI harus mewarnai perjuangan dan mampu bersaing dalam membangun daerah," lanjutnya


Sebelumnya, Ketua PA GMNI Sulut yang juga Bupati Mitra James Sumendap mengatakan kader GMNI sebagai penganut ajaran marhaenisme harus mampu mempertahankan NKRI.


"Berbeda tapi satu. Tak mengenal suku agama, primordial dan GMNI adalah tempat berkumpul para kaum nasionalis. Tugas kita masih luar biasa untuk mengawal anak-anak bangsa agar lebih eksis dalam pembangunan," katanya.


Sumendap juga mengapresiasi kehadiran Wagub Kandouw dalam pembukaan Konferda ke-4 PA GMNI Sulut.


"Terima kasih buat Pak Wagub dan seluruh yang hadir dalam kegiatan ini," kuncinya.









Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey mengikuti Focus Group Discussion (FGD) Peningkatan Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana secara virtual dengan keynote speaker Presiden Ke-5 RI Megawati Soekarnoputri di Jakarta, Jumat (23/4/2021).


FGD dirangkaikan dengan peresmian Gerakan Budaya Siaga Bencana oleh Megawati Soekarnoputri yang diinisiasi oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Gerakan ini dibangun demi meningkatkan komitmen seluruh penyelenggara negara serta masyarakat agar sadar bencana.


Hadir sejumlah pejabat tinggi negara di acara itu. Seperti Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Kepala BNPB Doni Monardo, Kepala Basarnas Marsda (TNI) Henri Alfiandi, Kepala LIPI Laksana Tri Handoko, dan Kepala BMKG Dwikorita Karnawati.


Dalam kesempatan itu, Megawati Soekarnoputri menyatakan dirinya meyakini bahwa menghadapi bencana dan meminimalisasi kerusakan bisa dilakukan asal semuanya mau bergotong rotong.


Dia lalu menceritakan pengalaman Jepang, yang Pemerintahnya dan rakyatnya, selalu belajar untuk siap menghadapi bencana.


Sejumlah hal detil diperhatikan, kata Megawati, hingga soal tas ransel, alarm siaga, dan jalur evakuasi.


Siaga bencana juga mencakup penelitian mendalam soal jenis-jenis bencana yang mungkin hadir. Hingga bagaimana memperbaiki manajemen bantuan pasca bencana yang lebih baik.


"Maksud saya, mari kita gotong royong merubah berbagai hal. Satu adalah tata ruang. Kedua, urusan data gunung yang belum bisa sinkron," kata Megawati.


"Kalau kita cuma sharing tanpa follow up, bagaimana kita menolong rakyat? Rakyat itu kerap hanya pasrah. Dengan demikian, maka harus ada pelajaran dan simulasi sebelum bencana," tegas Megawati.


Sebelumnya, Gubernur Olly menjelaskan Sulut merupakan dalam satu daerah rawan bencana di Indonesia.


Sebagai informasi, karakteristik Sulut merupakan daerah yang rentan terhadap bencana alam. Sebagaimana data Indeks Resiko Bencana Indonesia (IRBI), Sulut masuk dalam kategori beresiko tinggi karena banyak potensi bencana alam, seperti: banjir, tanah longsor, gempa bumi, angin puting beliung dan gelombang pasang.


Karenanya, Olly menegaskan pentingnya kesiapsiagaan menghadapi bencana lewat sinergitas dan kerjasama semua pihak dalam penanggulangan bencana baik pemerintah daerah dan pusat.


Diketahui, Pemprov Sulut terus melakukan upaya penanggulangan bencana seperti mengantisipasi Siklon Tropis Surigae yaitu memberikan himbauan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota untuk meningkat kewaspadaan masyarakat, dan telah melaksanakan Apel Kesiapsiagaan secara serentak pada tanggal 21 April 2021 yang diikuti oleh TNI-POLRI dan Instansi Terkait dalam penanganan penanggulangan bencana yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas Pemerintah dan semua elemen masyarakat untuk meminimalisir dampak risiko yang ditimbulkan akibat bencana.


Langkah kesiapsiagaan yang dilaksanakan Pemprov Sulut antara lain: Sosialisasi pengurangan resiko bencana kepada masyarakat yang berada di daerah rawan bencana, anak sekolah dan pelatihan bagi Aparatur untuk meningkatkan kapasitas; Pembentukan Desa Tangguh Bencana dan Pembuatan jalur-jalur evakuasi.


Upaya mitigasi juga dilakukan, antara lain: Normalisasi Daerah Aliran Sungai; Rekonstruksi Tebing Penahan Longsor; Pembangunan Waduk; Pembuatan Talud Pengaman Pantai dan Reboisasi.


Lebih jauh, Olly menjelaskan bahwa kesiapsiagaan penanggulangan bencana dapat meningkatkan kapasitas pemerintah dan semua elemen masyarakat dalam upaya penanggulangan bencana, guna meminimalisir dampak resiko

yang ditimbulkan akibat bencana alam.


Sementara itu, Kepala BMKG Dwikorita mengatakan bahwa di tahun 2002, saat masih menjadi wakil presiden, Megawati Soekarnoputri tampaknya mempunyai visi jauh ke depan soal bencana alam yang akan semakin meningkat di Indonesia.


Sehingga mengantisipasi dengan menetapkan BMKG sebagai organisasi mandiri seperti saat ini.


"Berkat keputusan inilah BMKG bisa berkembang seperti saat ini, meskipun banyak hal yang mesti kita pelajari. Terima kasih kepada Presiden Kelima Ibu Megawati yang telah membesarkan dan menguatkan BMKG," ujar Dwikorita.