Senin, 30 September 2013

Kansil: Unima Turut Menyiapkan SDM Berkualitas

Wakil Gubernur Sulut Dr. Djouhari Kansil MPd mengakui, selama ini Universitas Negeri Manado (Unima) telah banyak membantu pemerintah provinsi sulut dalam memajukan daerah sulawesi utara, terutama dalam upaya menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang lebih berkualitas. Penegasan itu disampaikan Wagub saat memberikan sambutan pada Upacara Wisuda Magister, Sarjana, Diploma serta Penerimaan Dosen yang telah menyelesaikan studi program Doktor dan pelantikan program pendidikan profesi guru, yang digelar di Hotel Sutan Raja Watutumou, Senin (30/9) kemarin.
 Karena itu sebagai Ketua Alumni IKIP dan Unima,  Saya memberikan apresiasi dan penghargaan setinggi-tingginya atas karya dan pengabdian dalam mencerdaskan bangsa. Kiranya kedepan, Unima akan semakin mewarnai dengan prestasi, terutama dalam upaya meningkatkan kualitas SDM di Provinsi Sulut. Apalagi kedepan Sulut akan menjadi salah satu pintu gerbang di kawasan asia pasifik, kemudian kota bitung khususnya Tanjung merah yang nantinya akan ditetapkan menjadi kawasan ekonomi khusus (KEK) oleh pemerintah pusat. Guna  menyambut semua itu, maka SDM kita harus dipersiapkan secara matang mulai sekarang ini,  ujar Kansil.   
Kepada para wisudawan/i Kansil turut  mengingatkan, setelah kembali kemasyarakat kiranya kalian mampu  mengimplementasikan tridharma perguruan, senantiasa bersinergi dan berkolaborasi dalam upaya mendukung setiap program pembangunan di daerah serta berani menjadi Job Creator.
Rektor Unima Prof. Dr. Ph. E.A.Tuerah M.Si DEA menyebutkan, wisudawan kali ini berjumlah 833 mahasiswa, sedangkan program pasca sarjana (S2) berjumlah 33 mahasiswa salah satunya Inggrid Kansil ST MAP yang merupakan putri tercinta dari Pak Wagub Sulut, jelas Tuerah yang merupakan sahabat karib dari Dr. Djouhari Kansil MPd.

 Hadir dalam acara tersebut Ibu Mieke Kansil Tatengkeng dan sejumlah orang tua wisudawan/i. (Kabag humas Judhistira Siwu selaku jubir pemprov). 


            

Diundang Gus Solah di Ponpes Tebuireng Jombang, SHS Sharing Dengan Para Santri


Tokoh nasional sekaligus pentolan Nahdatul Ulama K.H. Salahudin Wahid selaku pemimpin Pondok Pesanteren Tebuireng Jombang, Jawa Timur  mengundang DR. S.H. Sarundajang dan beberapa tokoh lainnya yaitu Rektor Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang Prof.DR. Imam Suprayogo, dan DR. H. Mohammad Atamimi dalam acara diskusi lintas agama yang digelar di gedung KH. Yusuf Hasyim Ponpes Tebuireng, Minggu (29/9).
Diskusi tersebut selain dihadiri ratusan santri dari pondok pesantren Tebuireng juga dari Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Jombang serta masyarakat umum.
Topik yang diangkat dalam diskusi itu adalah mengenai kepemimpinan yang  diterapkan SHS ketika menjadi juru damai di Maluku dan Maluku Utara saat terjadi konflik horisontal pada waktu itu.
Gus Solah panggilan akrab K.H. Salahudin Wahid dalam sambutannya membuka kegiatan tersebut mengatakan bahwa apa yang dilakukan Sarundajang pada saat itu bisa dijadikan 'role case' (contoh kasus) dalam bagaimana strategi meredam konflik dan bagaimana memimpin masyarakat yang majemuk. Adik Kandung Presiden ke-4 RI KH. Andurrahman Wahid juga mengungkapkan kegembiraannya dan menyambut dengan hangat kehadiran Sarundajang dalam diskusi tersebut. "Bangsa kita terbentuk dengan latar belakang berbagai perbedaan, termasuk juga perbedaan agama, tapi perbedaan tersebut harus dilihat sebagai kekayaan yang dimiliki bangsa ini dan tidak dimiliki bangsa lain. Kita harus menerima itu dan hidup dalam kondisi itu dengan damai dan rukun. Itulah juga yang diajarkan para pendiri NU sejak dahulu kala", tukas Gus Solah. Ia juga menambahkan bahwa apa yang dilakukan Sarundajang di Maluku dan Maluku Utara pada waktu itu adalah suatu pekerjaan mulia dan patut dicontohi calon-calon pemimpin dimasa yang akan datang. Gus Solah sempat juga menyinggung soal diikutsertakannya SHS sebagai peserta konvensi Calon Presiden RI 2014-2019 Partai Demokrat dengan mengatakan dengan masuknya Sarundajang dalam bursa calon presiden memberikan tanda-tanda positif terhadap kehidupan keberagaman dan kemajemukan yang ada di negara ini yang dimulai dari proses melahirkan kepemimpinan nasional.
Selanjutnya secara berturut-turut DR. H. Mohhammad Atamimi dan DR. S.H. Sarundajang membagi pengalaman tentang penyelesaian konflik Maluku dan Maluku Utara. Atamimi yang pada waktu itu adalah Panglima laskar jihad di Ambon mengungkap tentang langkah Penjabat Gubernur dan penguasa darurat sipil disana yang pada waktu itu dipercayakan kepada Sarundajang menyelesaikan pertikaian adalah dengan 'lidah dan hati'. "Pendekatan beliau adalah dengan menciptakan dialog dan hati nurani, dan itulah yang mendamaikan kami", jelas Atamimi yang saat ini menjabat sebagai Direktur Wakaf Kementerian Agama RI. Sedangkan SHS mengurai tentang langkah-langkah yang ditempuhnya dalam menunaikan tugas yang penuh resiko tersebut. "Apa yang saya buat di daerah-daerah yang bertikai itu adalah amanah dari Allah SWT, dan saya percaya tidak ada agama apapun yang mengajarkan untuk saling membunuh dan  berkeyakinan pada waktu itu bahwa menjalankan amanah itu tidak dapat diselesaikan dengan senjata, oleh karena itu apa yang saya lakukan itu hanya dengan dialog dan merangkul pihak-pihak yang bertikai  dengan pendekatan hati nurani, tukas Sarundajang membenarkan apa yang disampaikan Atamimi.
Terakhir yang memberikan sambutan adalah Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Prof. DR. Imam Suprayogo. Imam menjelaskan alasan kenapa sampai pihak UIN Maulana Malik Ibrahim Malang menganugerahkan gelar Doktor Honoris Causa (HC) kepada Sarundajang yang notabene orang pertama  non-muslim yang diberi gelar oleh institusi tersebut. "Kami memberi gelar ini bagi orang yang berprestasi. Mendamaikan dua daerah kerusuhan saat itu adalah prestasi yang luar biasa dan kami nilai layak dianigerahkan gelar ini agama apapin beliau", terang Imam.
Diakhir diskusi SHS menerima cinderamata berupa buku tentang Pondok Pesantren Tebuireng yang diserahkan langsung oleh Gus Solah. Sarundajang pun membalas dengan memberikan sumbangan pribadi juga dalam bentuk buku-buku untuk kebutihan belajar para santri di ponpes yang adalah salah satu yang terbesar di Indonesia. Mengakhiri kunjungannya, SHS melakukan ziarah ke makam Gus Dur dan pendiri ponpes tersebut yang lokasinya terletak dalam kompleks pondok pesantren.
(Juru Bicara Pemprov Sulut Judhistira Siwu, SE, MSi)