Jumat, 05 Juli 2013

Pendeta GMIM Harus Berani Mengatasi Konflik Jemaat

Para Pendeta di aras pelayanan Sinode GMIM, harus pintar-pintar mengelolah konflik yang terjadi ditengah-tengah persekutuan jemaat, Hal itu ditegaskan Wakil Gubernur Sulut Dr. Djouhari Kansil MPd saat memberikan pembekalan kepada 73 peserta Suspim GMIM Tingkat III Angkatan III Tahun 2013 di Pusat Pelatihan Warga Gereja (PPWG) Kaaten Tomohon, Jumat (5/7) kemarin.
Kegiatan yang diikuti para pendeta GMIM yang saat ini, dipercayakan menjadi Ketua-ketua Jemaat itu, Kansil mengatakan, para pendeta GMIM jangan menyerah dengan adanya konflik-konflik yang sering  timbul di tengah-tengah jemaat. Karena ada konflik yang sengaja diciptakan, ada pula  konflik yang terjadi dikarenakan situasional di tengah-tengah jemaat. Karena itu Pendeta yang ditugaskan menjadi ketua jemaat harus mampu mengatasinya untuk menyelesaikannya, ujar Kansil yang sehari-harinya dikenal sebagai pelayan khusus di jemaat Pniel Tuna.
Kansil menyebutkan, penyebab terjadinya konflik antara lain disebabkan adanya pemahaman sempit terhadap pluralisme/keberagaman, pergeseran jabatan dalam organisasi, mis komunikasi, beda persepsi serta konflik yang disengajakan. Karena itu untuk mengatasi konflik tersebut solusinya, kita harus melibatkan diri pada semua pihak sebagai pimpinan yang netral, bersikap bijaksana, jadilah pendengar yang baik, jelaskan solusi kepada pihak yang berkonflik dalam hal ini, diupayakan terjadinya win-win solution, sembari memberi contoh dari tokoh-tokoh alkitab yaitu Musa yang mengedepankan sikap rendah hati, ketulusan dan sabar, bijaksana dan memiliki hati yang lemah lembut. Sementara Daniel yang kehidupannya mengandalkan doa, penuh ketenagan, percaya, memiliki integritas kekritenan yang kuat. Serta rasul Paulus yang mengandalkan kedahsyatan menjadi besar, nyali besar, motivasi dan semangat kuat, kunci penasehat PKB Sinode GMIM. (Kabag humas Jackson Ruaw selaku jubir pemrpov).   


     


Masalah Lingkungan Hidup Tanggungjawab Semua Pihak

Wakil Gubernur Sulut Dr. Djouhari Kansil MPd, saat membacakan sambutan tertulis Menteri Negara (Meneg)  Lingkungan Hidup RI Bhaltazar Kambuaya menyatakan permasalahan rusaknya lingkungan hidup merupakan andil besar dari semua pihak, olehnya dalam mengatasinya pula harus melibatkan  semua pihak.
 Hal itu dikatakan Wagub saat menghadiri peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia (HLHS) Tingkat Provinsi Sulut yang dipusatkan di lapangan Upacara Kantor Bupati Minut, Jumat (5/7) kemarin. Kegiatan yang di hadiri Bupati Minut Sompie Singal, Wakil Bupati Minut, Wakil Ketua TP.PKK Sulut Ny. Mieke Kansil Tatengkeng serta para Kepala BPLH Kab/Ko itu. Kambuaya, memberi contoh  perilaku manusia yang lebih suka mengkonsumsi makanan 60 persen berasal dari luar daerah hingga kemasan yang tidak  ramah lingkungan.
Karena sampah sisa makanan serta bekas kemasan air mineral yang sering hanya dibuang di sembarang tempat telah menjadi salah satu penyebab pembentukan emisi gas rumah tangga yang bisa menimbulkan berbagai penyakit yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia, belum lagi dengan penggunaan pestisida (pupuk) yang tidak ramah lingkungan. Olah karena itu Kambaya berharap, kiranya melalui momentum HLHS saat ini, mari kita lestarikan lingkungan kita dengan sebaik-baiknya.
Kansil mengajak masyarakat sulut untuk mengelolah sampah-sampah basah yang ada untuk dibuat kompos, sedangka bekas kemasan air mineral kiranya bisa di daur ulang sehingga bisa mendatangkan keuntungan bagi masyarakat, karena hal ini sejalan dengan Tema peringatan ini yaitu “Ubah Perilaku dan Pola Konsumsi Untuk Selamatkan Lingkungan” serta Sub Tema Mari kita Kembangkan Pola Konsumsi yang sehat dan ramah lingkungan. Sedangkan stake holders yang selama ini mendukung peestarian lingkungan di daerah ini, Kansil tak lupa pula memberikan apresiasi positif.
Sementra Kepala BLH Sulut Olvie Ateng, SE MSi mengatakan, dalam kegiatan iniada pencanangan industri berwawasan lingkungan, penandatanganan MoU jual beli sampah antara BLh Sulut dengan dengan Perusahaan UD Adipura plastik, penyerahan motor sampah kepada Hukum Tua Kali Kec, Pineleng Minahasa. Selain itu  mengikuti pameran LH di gedung Conventiona Center Jakarta, pembinaan dan penilaian adipura di delapan kab/ko, pemantauan kualitas air danau dan udara ambien, pengelolaan sampah organik di bunaken, sosialisasi pengembangan sampah dengan sistem 3R bekerjasama dengan TP.PKK Sulut, penilaian kinerja perusahaan terhadap pengembangan lingkungan melalui program proper serta pembinaan teknis pengembangan laboratorium lingkungan bagi aparatur kab/ko,  pembinaan dan penilaian sekolah yang berwawasan lingkungan melalui rogram adiwiyata,serta penanaman pohon, tambah olvie Ateng. (Kababg humas Jackson ruaw selaku jubir pemprov)   






   



Wagub Hadiri Temu Alumni SPG Don Bosco Tomohon

Wakil Gubernur Sulut Dr. Djouhari Kansil MPd, yang pernah menjadi seorang tenaga pendidik di Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Don Bosco salah satu lembaga pendidikan yang dikelolah yayasan Katolik di Tomohon. Jumat ( 5/7) kemarin, menghadiri temu alumni yang digelar Pengurus Alumni di sekolah yang kini telah menjadi SMP Don Bosco Tomohon. Saat tiba  di Sekolah, Kansil disambut mantan siswa, guru-guru dan Kepala Sekolah serta rekan-rekan mantan guru salah satunya sahabat karib yang kini telah menjadi Rektor Unima Prof. DR. Philotius Tuerah, menyampaikan yel-yel  selamat datang engku Jou berkali-kali, sebutan akrab dari Wagub Sulut ini.
Ketika didaulat untuk menyampaikan sambutan Kansil berucap, kita semua boleh bersyukur, karena seorang mantan guru SPG Don Bosco Tomohon, boleh dipercayakan Pak Gubernur Sulut Dr. Sinyo Harry Sarundajang menjadi pendamping beliau sebagai Wakil Gubernur Sulut. ini merupakan sesuatu yang hampir tidak dipercaya bagi saya, isteri dan anak-anak. Ditambah lagi Engku Philotius Tuerah hampir setiap saat menelpon saya memberitahukan agar Pak Kansil siap-siap menjadi Wagub berpasangan dengan Pak Sarundajang. Saat itu saya jawab, Philo sapaan akrab Rektor Unima, kamu dengar dari mana informasi ini, jangan kamu cuma mo beking malo pakita, nanti orang laeng dengar ngana pe mulu itu  apa le mojadi. Kansil juga menyampaikan setelah hampir sembilan tahun mengajar disini, saya di pindahkan di Kanwil Depdikbud prov. sulut dengan status hanya sebagai staf,  saat itu saya tidak memiliki meja kerja hampir setahun lamanya, kemudian di promosikan menjadi Kepala Seksi berturut-turut diangkat menjadi Kepala Bidang, Wakil Kepala Dinas, Kepala Badan Diklat Provinsi dan kembali diangkat  menjadi Kadis Diknas Sulut. Sedangkan pengalamannya bersama Engku Philo, sewaktu sama-sama masih menjadi guru di sekolah ini, memiliki kenangan tersendiri bersama dia.  karena waktu itu Engku Philo mempunyai motor vespa tapi sudah tua dan sering mogok. Kalu kita berdua mau ke Rumah sakit Gunung Maria, kita sering di suruh tolah dia pe vespad ini, kalu so hidup dia kaseh tinggal pa kita, ujar Kansil dalam kesannya sewaktu menjadi guru di SPG Don Bosco Tomohon.
Sementara Ketua Alumni SPG Don Bosco Tomohon 1971-1991 Kompol Nico Pangemanan, mengatakan Pak Wagub Pernah menjadi guru selama hampir sembilan tahun sampai ditutupnya SPG ini pada Tahun 1991 lalu. Selama mengajar disini banyak siswanya sekarang ini telah menduduki jabatan-jabatan penting di berbagai bidang. Sedangkan kegiatan lainnya yang dilakukan menurut, Pak Nico yang pernah dipercayakan menjadi Ajudan Gubernur Sulut Drs. AJ Sondakh ini meliputi, pemberian bantuan bea siswa bagi siswa SD, SMP kurang mampu  selama setahun untuk lima sekolah, siarah ke makam mantan guru, dan pemberian bingkisan bagi para mantan guru dari alumni, tambah Komandan yang akrab dengan wartawan. (Kabah humas Jackson Ruaw selaku jubir pemprov).  
            
           









SHS Bantu Solusikan Kepunahan Keanekaragaman Hayati



Gubernur Sulawesi Utara Dr. S. H. Sarundajang, Kamis (5/7) Kemarin secara resmi membuka Konferensi Manajemen Terpadu Keanekaragaman Hayati dan Hama. Konferensi tingkat dunia ini merupakan bentuk kerjasama antara Universitas Sam Ratulangi Manado dengan Virginia Tech Clemson University dan Usaid Amerika Serikat, dimana tujuan utama dilaksanakannya konferensi ini adalah untuk mendiskusikan hubungan antara keanekaragaman hayati dengan program pengendalian hama terpadu sekaligus memastikan bahwa upaya peningkatan produksi pangan dan ketersediaan pangan yang berkelanjutan tidak menyampingkan kelangsungan hidup biodiversitas di alam.
Dalam sambutannya, Sarundajang menaruh harapan besar sekiranya hasil dari konferensi ini akan semakin menyatukan persepsi dari para ahli biodiversity dan pertanian dalam membuat dan mengembangkan program yang akan terus berkesinambungan dan berdampak baik. Sarundajang memahami bahwa dalam konferensi tersebut sudah barang tentu akan dibahas hal-hal teknis biodiversity dan pertanian, terutama cara penanggulangan hama penyakit terhadap tanaman dengan cara menerapkan program pengendalian hama secara terpadu.
Pada prinsipnya, jelas Sarundajang, keanekaragaman hayati merupakan tingkat variasi bentuk kehidupan, ekosistem bioma spesies, atau seluruh planet. Keanekaragaman hayati adalah ukuran dari kesehatan ekosistem. Keanekaragaman hayati adalah sebagian fungsi dari iklim. Perubahan lingkungan yang cepat biasanya menyebabkan kepunahan massal keanekaragaman hayati. Salah satu perkiraan adalah bahwa kurang dari 1% spesies yang ada di Bumi adalah yang masih ada.  Data menunjukkan bahwa sejak kehidupan di bumi dimulai, lima kepunahan massal besar dan peristiwa kecil telah menyebabkan beberapa tetes besar dan mendadak dalam keanekaragaman hayati. Pertama periode Para eon Fanerozoikum yang ditandai dengan pertumbuhan cepat dalam keanekaragaman hayati melalui ledakan-Kambrium, kedua periode  The 400 juta tahun ke depan termasuk diulang, kerugian besar keanekaragaman hayati diklasifikasikan sebagai kepunahan massal, ketiga peristiwa kepunahan Permian-Trias, 251 juta tahun lalu, adalah yang terburuk dimana pemulihan vertebrata butuh waktu 30 juta tahun, keempat peristiwa kepunahan Cretaceous-Paleogen, terjadi 65 juta tahun lalu, dan sering menarik perhatian lebih dari yang lain karena mengakibatkan kepunahan dinosaurus, dan periode yang kelima periode sejak munculnya manusia telah menunjukkan pengurangan keanekaragaman hayati yang sedang berlangsung dan kerugian atas keragaman genetik. Dinamakan kepunahan Holocene, pengurangan ini disebabkan terutama oleh dampak manusia, terutama kerusakan habitat.
‘’Saya percaya konferensi ini akan menghasilkan hal-hal yang dapat mensolusikan kerusakan lingkungan,’’ tandas Sarundajang yang dalam acar pembukaan tersebut didampingi oleh Rektor Unsrat Manado Dr. Donald Rumokoy, Vice President for Outreach and International Affairs Virginia Tech Dr Guru Ghosh, USAID Washington Dr. John Bowman, dan USAID Indonesia Dr. Donald Tambunan. (Jubir Pemprov Sulut, Drs. Jackson F. Ruaw, M.Si)