Jumat, 05 Juli 2013

SHS Bantu Solusikan Kepunahan Keanekaragaman Hayati



Gubernur Sulawesi Utara Dr. S. H. Sarundajang, Kamis (5/7) Kemarin secara resmi membuka Konferensi Manajemen Terpadu Keanekaragaman Hayati dan Hama. Konferensi tingkat dunia ini merupakan bentuk kerjasama antara Universitas Sam Ratulangi Manado dengan Virginia Tech Clemson University dan Usaid Amerika Serikat, dimana tujuan utama dilaksanakannya konferensi ini adalah untuk mendiskusikan hubungan antara keanekaragaman hayati dengan program pengendalian hama terpadu sekaligus memastikan bahwa upaya peningkatan produksi pangan dan ketersediaan pangan yang berkelanjutan tidak menyampingkan kelangsungan hidup biodiversitas di alam.
Dalam sambutannya, Sarundajang menaruh harapan besar sekiranya hasil dari konferensi ini akan semakin menyatukan persepsi dari para ahli biodiversity dan pertanian dalam membuat dan mengembangkan program yang akan terus berkesinambungan dan berdampak baik. Sarundajang memahami bahwa dalam konferensi tersebut sudah barang tentu akan dibahas hal-hal teknis biodiversity dan pertanian, terutama cara penanggulangan hama penyakit terhadap tanaman dengan cara menerapkan program pengendalian hama secara terpadu.
Pada prinsipnya, jelas Sarundajang, keanekaragaman hayati merupakan tingkat variasi bentuk kehidupan, ekosistem bioma spesies, atau seluruh planet. Keanekaragaman hayati adalah ukuran dari kesehatan ekosistem. Keanekaragaman hayati adalah sebagian fungsi dari iklim. Perubahan lingkungan yang cepat biasanya menyebabkan kepunahan massal keanekaragaman hayati. Salah satu perkiraan adalah bahwa kurang dari 1% spesies yang ada di Bumi adalah yang masih ada.  Data menunjukkan bahwa sejak kehidupan di bumi dimulai, lima kepunahan massal besar dan peristiwa kecil telah menyebabkan beberapa tetes besar dan mendadak dalam keanekaragaman hayati. Pertama periode Para eon Fanerozoikum yang ditandai dengan pertumbuhan cepat dalam keanekaragaman hayati melalui ledakan-Kambrium, kedua periode  The 400 juta tahun ke depan termasuk diulang, kerugian besar keanekaragaman hayati diklasifikasikan sebagai kepunahan massal, ketiga peristiwa kepunahan Permian-Trias, 251 juta tahun lalu, adalah yang terburuk dimana pemulihan vertebrata butuh waktu 30 juta tahun, keempat peristiwa kepunahan Cretaceous-Paleogen, terjadi 65 juta tahun lalu, dan sering menarik perhatian lebih dari yang lain karena mengakibatkan kepunahan dinosaurus, dan periode yang kelima periode sejak munculnya manusia telah menunjukkan pengurangan keanekaragaman hayati yang sedang berlangsung dan kerugian atas keragaman genetik. Dinamakan kepunahan Holocene, pengurangan ini disebabkan terutama oleh dampak manusia, terutama kerusakan habitat.
‘’Saya percaya konferensi ini akan menghasilkan hal-hal yang dapat mensolusikan kerusakan lingkungan,’’ tandas Sarundajang yang dalam acar pembukaan tersebut didampingi oleh Rektor Unsrat Manado Dr. Donald Rumokoy, Vice President for Outreach and International Affairs Virginia Tech Dr Guru Ghosh, USAID Washington Dr. John Bowman, dan USAID Indonesia Dr. Donald Tambunan. (Jubir Pemprov Sulut, Drs. Jackson F. Ruaw, M.Si)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar