Minggu, 18 Mei 2014

Wagub: Ajak KGPM Perangi Tawuran dan Panah Wayer

Wakil Gubernur Sulut Dr. Djouhari Kansil MPd seakan mulai gerah dengan ulah dari para anak-anak remaja kita di daerah ini, yang sering  melakukan tawuran yang disertai dengan panah wayer, sehingga sering menimbulkan jatuhnya korban jiwa. Hal itu disampaikan Wagub, saat menghadiri Ibadah Syukur HUT ke-80 jemaat KGPM Sidang Efrata Singkil Manado, Minggu (18/5) kemarin.
 Singkil dan beberapa keluarahan sekitar di daerah ini, termasuk wilayah yang  sangat rawan dengan penyakit masyarakat ini, sehinggah tak jarang menimbulkan perasaan takut dan cemas bagi warga yang akan bepergian melewati wilayah ini pada waktu malam. Mengingat peristiwa ini sering terjadi ditengah-tengah masyarakat, maka wilayah Singkil sudah menjadi salah satu target dari aparat kemanan di daerah ini, untuk memberantasnya, baik pelaku maupun si pembuat tawuran dan panah wayer, tegas orang nomor dua di sulut.
Untuk dapat memerangi  penyakit sosial ini, maka gereja termasuk  warga jemaat KGPM Sidang Efrata Singkil Manado, dituntut untuk dapat membantu  pemerintah daerah dalam memberantas berbagai penyakit sosial ini, dengan memberikan penyuluhan-penyuluhan kepada anak-anak remaja kita, melalui pelayanan firman disetiap mimbar gereja. Sebab menurut Ketua PKB Jemaat Pniel Tuna, Peranan gereja sangat besar dalam membangun sekaligus membina iman jemaat untuk menciptakan rasa aman dan nyaman ditengah-tengah masyarakat, tandas Ketua PKB Wilayah Mawakom.      
Senada dengan Kansil Ketua Umum Pucuk Pimpinan KGPM Gembala Tedius Batasina STh, juga mendorong warga KGPM  bersama-sama pemerintah dalam memelihara keamanan di daerah ini, karena hal itu sejalan dengan Tema KGPM Yesus Kristus dalam Kebangsaan, dan Kebangsaan Dalam Yesus Kristus, sembari mengajak jemaat di Ulang Tahun ke-80 Tahun ini, kiranya KGPM Sidang Efrata Singkil dapat menjadi gereja yang betugas untuk menjalankan tri tugas gereja yaitu bersekutu, bersaksi dan melayani. Ibadah syukur tersebut dipimpin Ketua Majelis Gembala KGPM yakni Gembala Yopie Laloan MTh. Ikut mengisi pujian-an Congregational Youth Choir of KGPM. Turut hadir  pejabat teras pemprov Sulut. (Kabag humas DR. Jemmy Kumendong MSi selaku jubir pemprov).  





         

Sulut Sukses Lahirkan "Komunike Manado"



SULUT SUKSES LAHIRKAN “MANADO KOMUNIKE”

Pelaksanaan iven internasional World Coral reef Confrence (WCRC) yang dilaksanakan di Manado 13-16 Mei 2014 sukses melahirkan  “Manado Komunike”, yang merupakan kesepakatan bersama dari 6 (enam) negara yang tergabung dalam Coral Triangle Initiative (CTI) yaitu Indonesia, Papua New Gunea, Salomon Islands, dst........ untuk secara bersama-sama mengembangkan potensi pembangunan dengan tetap menjaga dan memelihara  kelestarian dan keseimbangan lingkungan, demikian pernyataan Gubernur Sulawesi Utara DR. Sinyo Harry Sarundajang.
Menurut Sarundajang, Komunike Manado  dirancang sebagai kesepakatan untuk mengelola terumbu karang secara berkelanjutan, termasuk juga aktivitas pemanfaatannya.  Adapun beberapa hal yang tertuang dalam Komunike Manado tersebut yakni antara lain melindungi dan mengelola keanekaragaman hayati biota laut secara berkelanjutan, pentingnya peran ekosisten terumbu karang untuk menjamin ketahanan pangan dan nutrisi, karena terumbu karang dan ekosistimnya dapat mencegah panas bumi yang berpengaruh terhadap ketersediaan pangan dunia. Disamping itu perlu pengembangan sumber daya manusia, kelembagaan, penyuluhan dan pelatihan untuk memperkuat teknologi pengolahan terumbu karang. Dan yang tak kalah pentingnya adalah yakni peran wanita dalam konservasi dan pengelolaan terumbu karang.
Ditekankan Sarundajang, gubernur yang dikenal dengan konsep ‘Blue Economy and Green Economy” ini bahwa sebagai salah satu negara yang berada di kawasan segitiga terumbu karang, Indonesia terutama Sulawesi Utara harus terus berupaya untuk melindungi dan mengelola kanekaragaman hayati biota laut secara berkelanjutan. Upaya yang dilakukan salah satunya dengan mendukung pengembangan, pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan melalui prinsip pendekatan investasi yang berbasis pada investasi kreatif inovatif dan berprinsip pada kerangka Blue Economy.
Sementara itu, Menteri Kelautan dan Perikanan RI Sharif Cicip Sutardjo mengatakan World Coral Reef Conference (WCRC) kukuhkan Manado Sulawesi Utara sebagai ibukota terumbu karang dunia. Potensi kelautan Sulut  yang sangat besar terutama kekayaan dan keanekaragaman terumbu karang yang mencakup sepertiga dari luas dunia adalah tandanya. Selain itu penetapan Manado sebagai lokasi sekretariat regional permanen CTI-CFF pada pertemuan kelima tingkat dewan menteri lalu makin mengukuhkan hal tersebut. Tahun ini Manado Sulawesi Utara kembali menjadi lokasi penyelenggaraan konferensi kelautan tingkat dunia, setelah pertemuan sebelumnya pada 2009, itu juga menjadi tanda pengukuhan Manado," katanya.
Sharif mengatakan selain memiliki nilai historis tentang konservasi kelautan, Manado juga memiliki letak geografis yang strategis.  Karena letaknya berada tepat di pusat kawasan segitiga terumbu karang serta merupakan kota yang paling dekat dengan negara-negara anggota CTI-CFF, yakni Malaysia, Filipina, Timor Leste, Papua Nugini dan Kepulauan Salomon," kata Sharif.
Karena itulah lanjut Sarundajang  bahwa pelaksanaan WCRC di Manado telah membuat Sulawesi Utara dan khususnya Kota Manado semakin dikenal dunia, terlebih ketika pelaksanaan WCRC ini berlangsung dengan sukses, akan memberikan multyplayer effect terhadap kegiatan perekonomian masyarakat yaitu mampu meningkatkan kinerja sektor pariwisata dan industri lainnya sebagai pendukung seperti destinasi pariwisata, industry kecil menengah, perdagangan,  perhotelan, restoran dan transportasi, juga berpengaruh terhadap perbankan dan manufactur. Sektor tersebut memiliki keterikatan erat satu dengan yang lain. Berkembangnya sektor pariwisata, dalam arti meningkatnya kunjungan wisatawan pada suatu daerah memberikan peluang dikenalnya produk-produk unggulan daerah, yang pada akhirnya dapat meningkatkan perdagangan serta masuknya investasi. Begitu pula sebaliknya, meningkatnya perdagangan atau investasi memberikan peluang meningkatnya sektor pariwisata.
Senada dengan Sarundajang, pakar Kelautan dan Perikanan Prof DR. Charles Keppel menyatakan bahwa Pelaksanaan WCRC di Manado Sulawesi Utara telah mampu meningkatkan aktifitas perekonomian Sulawesi Utara dengan meningkatnya hunian hotel, sewa kendaraan, pengunjung restoran, penjualan souvenir yang secara tidak langsung meningkatkan pendapatan petani dan nelayan serta masyarakat, kemudian para pengambil kebijakan yaitu pemerintah dan pemimpin organisasi internasional akan lebih memahami peran dan fungsi terumbu karang bagi perairan dan kehidupan umat manusia, oleh karena itu kedepan harus diupayakan bahwa Komunike Manado dapat ditingkatkan untuk disepakati secara internasional melalui keputusan PBB, karena jika Komunike Manado ditetapkan secara internasional, maka akan membuat nama Manado Sulawesi Utara lebih dikenal dunia. Lebih lanjut Prof. Charles mengemukakan bahwa perlu  terus adanya upaya-upaya menyangkut pengendalian perusakan, penyelamatan dan rehabilitasi terumbu karang melalui metode dan teknologi terkini yang ramah lingkungan seperti penggunaan reef ball dan peningkatan jumlah dan luas areal kawasan-kawasan konservasi yang telah ditetapkan pemerintah.
Sementara itu Pakar Ekonomi Sulawesi Utara DR. Vecky Masinambouw menyatakan bahwa Pelaksanaan WCRC ini membuat mata dunia tertuju ke Manado Sulawesi Utara karena kegiatan yang dilakukan menyangkut masalah yang hangat di bahas yaitu penyelamatan lingkungan hidup, karena dari sisi ekonomi dalam perdagangan internsional ‘green produck’ akan menjadi suatu syarat transaksi perdagangan tersebut bisa dilaksanakan, diharapkan ketika even ini terlaksana melalui forum bisnisnya, maka akan terjadi transaksi perdagangan luar negeri yang membuat ekonomi Sulawesi utara semakin bergairah, di satu sisi iven-iven internasional yang dilaksanakan di Sulawesi Utara akan semakin memantapkan penetapan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) karena akan semakin membuka peluang investasi dan meningkatkan perekonomian daerah.

Labih lanjut menurut Sarundajang, bahwa sukses pelaksanaan WCRC ini merupakan kelanjutan dari  sukses pelaksanaan acara-acara internasional sebelumnya , seperti World Ocean Conference (WOC) dan Coral Triangle Initiative Summit (CTI Summit), serta Sail Bunaken pada 2009 lalu. Demikian juga pelaksanaan ARF Direx (2011). Hal ini merupakan bukti dari kemampuan dan  peranan Sulut dengan dukungan pemerintah pusat untuk melaksanakan acara-acara berskala global, dengan berbagai persiapan-persiapan dan upaya strategi diplomasi menembus pentas lokal, nasional dan internasional. Kesuksesan pelaksanaan acara internasional ini pun telah memberikan implikasi trust and regocnition  (kepercayaan dan penghargaan) internasional atas prestasi Sulut dan Indonesia secara keseluruhan, dan mampu menjadi momentum strategis untuk perkembangan dan kemajuan Sulawesi Utara ke depan dalam mewujudkan Sulut sebagai salah satu pintu gerbang Indonesia di Asia Pasifik.  
Disamping itu, even-even internasional yang dilakukan di Sulut telah membawa angin perubahan terhadap iklim berinvestasi yang pada gilirannya mampu meningkatkan aktivitas ekonomi masyarakat dan mampu menyerap tenaga kerja lokal. Karena secara kasat mata dapat dilihat dari perkembangan Sulawesi Utara secara keseluruhan dan Kota Manado pada khususnya, yang termasuk daerah yang dengan pertumbuhan tercepat dengan pusat-pusat bisnisnya yang semakin menggeliat.
Kita semua berharap bahwa dengan kerja keras dan inovasi tiada henti maka cita-cita seluruh masyarakat Sulawesi Utara, dalam rangka mewujudkan Sulut sebagai pusat pertumbuhan ekonomi di Kawasan Timur Indonesia dan Pintu Gerbang Indonesia di Kawasan Asia Pasifik dapat segera diwujudkan, pungkas Sarundajang. (DR. Jemmy Kumendong, Kabag Humas Selaku Jubir Pemprov)