Senin, 30 September 2013

Diundang Gus Solah di Ponpes Tebuireng Jombang, SHS Sharing Dengan Para Santri


Tokoh nasional sekaligus pentolan Nahdatul Ulama K.H. Salahudin Wahid selaku pemimpin Pondok Pesanteren Tebuireng Jombang, Jawa Timur  mengundang DR. S.H. Sarundajang dan beberapa tokoh lainnya yaitu Rektor Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang Prof.DR. Imam Suprayogo, dan DR. H. Mohammad Atamimi dalam acara diskusi lintas agama yang digelar di gedung KH. Yusuf Hasyim Ponpes Tebuireng, Minggu (29/9).
Diskusi tersebut selain dihadiri ratusan santri dari pondok pesantren Tebuireng juga dari Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Jombang serta masyarakat umum.
Topik yang diangkat dalam diskusi itu adalah mengenai kepemimpinan yang  diterapkan SHS ketika menjadi juru damai di Maluku dan Maluku Utara saat terjadi konflik horisontal pada waktu itu.
Gus Solah panggilan akrab K.H. Salahudin Wahid dalam sambutannya membuka kegiatan tersebut mengatakan bahwa apa yang dilakukan Sarundajang pada saat itu bisa dijadikan 'role case' (contoh kasus) dalam bagaimana strategi meredam konflik dan bagaimana memimpin masyarakat yang majemuk. Adik Kandung Presiden ke-4 RI KH. Andurrahman Wahid juga mengungkapkan kegembiraannya dan menyambut dengan hangat kehadiran Sarundajang dalam diskusi tersebut. "Bangsa kita terbentuk dengan latar belakang berbagai perbedaan, termasuk juga perbedaan agama, tapi perbedaan tersebut harus dilihat sebagai kekayaan yang dimiliki bangsa ini dan tidak dimiliki bangsa lain. Kita harus menerima itu dan hidup dalam kondisi itu dengan damai dan rukun. Itulah juga yang diajarkan para pendiri NU sejak dahulu kala", tukas Gus Solah. Ia juga menambahkan bahwa apa yang dilakukan Sarundajang di Maluku dan Maluku Utara pada waktu itu adalah suatu pekerjaan mulia dan patut dicontohi calon-calon pemimpin dimasa yang akan datang. Gus Solah sempat juga menyinggung soal diikutsertakannya SHS sebagai peserta konvensi Calon Presiden RI 2014-2019 Partai Demokrat dengan mengatakan dengan masuknya Sarundajang dalam bursa calon presiden memberikan tanda-tanda positif terhadap kehidupan keberagaman dan kemajemukan yang ada di negara ini yang dimulai dari proses melahirkan kepemimpinan nasional.
Selanjutnya secara berturut-turut DR. H. Mohhammad Atamimi dan DR. S.H. Sarundajang membagi pengalaman tentang penyelesaian konflik Maluku dan Maluku Utara. Atamimi yang pada waktu itu adalah Panglima laskar jihad di Ambon mengungkap tentang langkah Penjabat Gubernur dan penguasa darurat sipil disana yang pada waktu itu dipercayakan kepada Sarundajang menyelesaikan pertikaian adalah dengan 'lidah dan hati'. "Pendekatan beliau adalah dengan menciptakan dialog dan hati nurani, dan itulah yang mendamaikan kami", jelas Atamimi yang saat ini menjabat sebagai Direktur Wakaf Kementerian Agama RI. Sedangkan SHS mengurai tentang langkah-langkah yang ditempuhnya dalam menunaikan tugas yang penuh resiko tersebut. "Apa yang saya buat di daerah-daerah yang bertikai itu adalah amanah dari Allah SWT, dan saya percaya tidak ada agama apapun yang mengajarkan untuk saling membunuh dan  berkeyakinan pada waktu itu bahwa menjalankan amanah itu tidak dapat diselesaikan dengan senjata, oleh karena itu apa yang saya lakukan itu hanya dengan dialog dan merangkul pihak-pihak yang bertikai  dengan pendekatan hati nurani, tukas Sarundajang membenarkan apa yang disampaikan Atamimi.
Terakhir yang memberikan sambutan adalah Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Prof. DR. Imam Suprayogo. Imam menjelaskan alasan kenapa sampai pihak UIN Maulana Malik Ibrahim Malang menganugerahkan gelar Doktor Honoris Causa (HC) kepada Sarundajang yang notabene orang pertama  non-muslim yang diberi gelar oleh institusi tersebut. "Kami memberi gelar ini bagi orang yang berprestasi. Mendamaikan dua daerah kerusuhan saat itu adalah prestasi yang luar biasa dan kami nilai layak dianigerahkan gelar ini agama apapin beliau", terang Imam.
Diakhir diskusi SHS menerima cinderamata berupa buku tentang Pondok Pesantren Tebuireng yang diserahkan langsung oleh Gus Solah. Sarundajang pun membalas dengan memberikan sumbangan pribadi juga dalam bentuk buku-buku untuk kebutihan belajar para santri di ponpes yang adalah salah satu yang terbesar di Indonesia. Mengakhiri kunjungannya, SHS melakukan ziarah ke makam Gus Dur dan pendiri ponpes tersebut yang lokasinya terletak dalam kompleks pondok pesantren.
(Juru Bicara Pemprov Sulut Judhistira Siwu, SE, MSi)












Tidak ada komentar:

Posting Komentar