Selasa, 04 November 2014

Wagub Ajak Masyarakat Kenali Gejala Keracunan Makanan



Wakil Gubernur Sulawesi Utara DR Djouhari Kansil, Mpd menghimbau kepada seluruh warga masyarakat Sulut untuk mengenali tanda-tanda jika seorang telah terindikasi mengalami gejala keracunan makanan.
Himbauan ini disampaikan Kansil melaui Dinas Kesehatan Pemprov Sulut menyusul terjadinya beberapa kasus keracunan makanan di kota Manado hingga memakan korban meninggal dunia. Wagub berharap seluruh masyarakat dapat paham betul gejala keracunan makanan, bagaimana agar terhindar dari keracunan makanan, bagaimana jika seseorang diketahui mengalami keracunan makanan, pengobatan untuk keracunan makanan.
Untuk kasus keracunan makanan yang dialami warga, Pemprov Sulut melalui dinas kesehatan telah berkoordinasi dengan pihak terkait untuk masalah penanganan korban dan pencegahan agar tidak lagi ada kasus keracunan serupa. Wagub berharap juga kepada seluruh masyarakat untuk tetap hidup besih demi kesehatan diri sendiri agar terhindar dari keracunan dan penyakit lainnya.
Berikut ini informasi bagi masyarakat tentang bagaimana mengenali gejala keracunan dan bagaimana cara penanggulangannya:
Kenali Gejala Keracunan Makanan
Apa Gejala-Gejala dari Keracunan Makanan?
Pada umumnya keracunan makanan menyebabkan beberapa kombinasi gejala mulai dari mual, muntah, dan diare yang mungkin berdarah.  Kadang-kadang disertai dengan gejala lainnya.
  • Setelah makan makanan yang tercemar, maka gejala seperti kram perut, diare, dan muntah dapat dimulai satu jam kemudian dalam kasus kuman Staphylococcus, atau 10 hari kemudian dalam kasus kuman campylobacter  pylori (yang sekarang lebih dikenal Helicobacter pylori, penyebab luka sakit maag). Mungkin juga perlu waktu lebih lama untuk menampakkan gejala-gejala dari infeksi parasit, misalnya Giardia.
  • Gejala dapat berlangsung dari satu hari sampai beberapa bulan atau lebih, tergantung pada jenis infeksinya.
  • Gejala seperti muntah, diare, berkeringat, pusing, robekan di mata, air liur berlebihan, kebingungan psikologis, dan nyeri perut mungkin merupakan gejala keracunan kimia atau toksin makanan, misalnya keracunan akibat dari jamur beracun.
Bagaimana Agar Terhindar dari Keracunan Makanan?
Berikut ini beberapa tips untuk mencegah keracunan makanan:
  • Selalu cuci tangan sebelum menyiapkan makanan apapun.
  • Cuci peralatan dengan air bersabun yang panas setelah pemakaian sebelum mempersiapkan daging atau ikan.
  • Jangan mencairkan daging beku pada suhu kamar. Biarkan daging mencair secara bertahap dalam lemari es, atau dicairkan dengan cepat dalam oven microwave dan kemudian segera dimasak.
  • Hindari makanan diasinkan yang tidak dimasak dan daging mentah, ikan, atau telur. Masak semua makanan tersebut secara menyeluruh.
  • Periksa tanggal kadaluwarsa pada semua makanan.
  • Ketika di restoran, kembalikan daging atau produk telur yang kurang matang untuk dimasak lagi serta mintalah piring baru.
  • Jangan makan makanan yang terlihat atau berbau basi, atau makanan kaleng yang menggembung atau botol yang retak.
  • Atur kulkas Anda sampai suhu 4 derajat celcius atau di bawahnya, dan jangan pernah makan setiap makanan olahan yang telah keluar dari kulkas selama lebih dari dua jam.
  • Jauhkan jus atau tetesan air dari daging mentah, unggas, kerang, atau telur agar tidak mengkontaminasi makanan lain.
  • Secara hati-hati memilih dan menyiapkan ikan dan kerang untuk memastikan kualitas dan kesegarannya.
  • Gunakan talenan terpisah, satu untuk daging mentah, unggas, dan ikan dan yang lain untuk satu lagi untuk makanan yang siap saji.
  • Hindari susu mentah (tidak dipasteurisasi) atau makanan yang terbuat dari susu mentah.
  • Cuci buah-buahan dan sayuran mentah secara menyeluruh sebelum dimakan.
  • Jika Anda sakit diare atau muntah, maka jangan menyiapkan makanan bagi orang lain.
  • Cuci tangan dengan sabun setelah memegang atau membersihkan hewan peliharaan.
  • Susu ibu adalah makanan paling aman untuk bayi usia muda. Menyusui ini mencegah banyak penyakit yang ditularkan melalui makanan dan masalah kesehatan lainnya.
  • Jangan memberi makan madu untuk bayi berusia kurang dari 1 tahun.

Diagnosis dan Pengobatan Keracunan Makanan

Bagaimana Mengetahui Jika Saya Keracunan Makanan?
Sebagian besar kasus keracunan makanan merupakan kasus ringan, yang berlangsung dari satu sampai tiga hari. Namun banyak orang yang tidak mencari perawatan medis sehingga keracunan makanan yang dialami mereka tidak terdiagnosis.
Keracunan kimia atau toksin makanan biasanya dapat didiagnosis dengan deskripsi gejala dan dengan menguji makanan yang berpotensi menjadi penyebab keracunan.
Pengobatan untuk Keracunan Makanan
Jika gejala-gejala keracunan makanannya parah atau berlangsung terus-menerus, maka dokter Anda dapat merekomendasikan atau meresepkan obat untuk mengendalikan diare atau muntah sampai kondisi dapat terkendali. Bayi, anak-anak, orang lanjut usia, dan orang dengan diabetes atau kondisi kronis lainnya harus dimonitor secara seksama untuk dehidrasi dan komplikasi potensial lainnya. Obat antibiotik mungkin juga diresepkan untuk beberapa jenis keracunan makanan.
Jika ada kecurigaan sakit botulisme, maka Anda harus segera dirawat di rumah sakit. Karena botulisme dapat menyebabkan kegagalan pernafasan dan bahkan kematian, pengobatan yang cepat dan tepat sangat meningkatkan kemungkinan Anda untuk sembuh total.
Segera Hubungi Ke Unit Pelayanan Kesehatan atau ke Dokter Anda Jika:
  • Anda menduga bahwa Anda keracunan makanan
  • Anda memiliki:
    • Adanya tanda-tanda dehidrasi, seperti mulut kering, buang air kecil berkurang, pusing, atau sunken eyes (ada lingkaran hitam di sekitar mata)
    • Ada diare pada bayi atau bayi yang baru lahir
    • Diare yang berlangsung lebih dari 2 hari (satu hari pada anak) atau parah
    • Nyeri perut yang parah atau muntah
    • Demam dengan suhu 38.8 ° C atau lebih tinggi (atau suhu rektal 38 ° C pada bayi berusia kurang dari 3 bulan)
    • Kotoran tinja yang berwarna hitam, seperti tar atau berdarah
    •  
  • Anda mengenali gejala keracunan kimia atau toksin makanan, seperti muntah, diare, berkeringat, pusing, sobekan di mata, air liur berlebihan, kebingungan psikologis, dan nyeri perut, yang dimulai sekitar 30 menit setelah makan makanan yang terkontaminasi. Anda segera memerlukan perawatan medis untuk membantu menghindari potensi kerusakan pada salah satu atau lebih organ vital Anda.


VIRUS MERS COV ( Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus)
Penyakit new-emerging yang menyerang saluran pernafasan dalam 10 tahun terakhir terus bertambah, dimulai dari SARS, Flu Burung H5N1 dan H7N9,  Influenza pandemi h1N1 tahun 2009 dan sejak tahun 2012 muncul MERS Corona Virus. Penyakit-penyakit ini menjadi perhatian global karena penyebaran dan dampaknya. Oleh karena itu kitatidakbolehlengah, harus tetap waspada dan siaga terhadappenyakit-penyakit tersebut dan kemungkinan munculnyapenyakit potensial Public Health Emergencies of International Concern (PHEIC) lainnya
Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS-CoV) merupakan penyakit sindrom pernafasan yang disebabkan virus corona yang menyerang saluran pernafasan mulai dari ringan sampai dengan berat, dapat menyebar lewat perjalanan internasional dan untuk menjadi perhatian oleh negara kita adalah WNI banyak yang menunaikan ibadah haji, umroh,TKI dll di daerah jeddah, mekkah,medina. Virus Corona strain baru ini belum pernah ditemukan menginfeksi manusia sebelumnya. Sejak April 2012 sampai dengan 23 Juli 2014, kasus konfirmasi MERS-CoV yang dilaporkan ke WHO sebanyak 837 kasus, termasuk 291 kematian (CFR35%) dari 19 negara, dan semuanya mempunyai hubungan epidemiologis dengan Timur Tengah. WHO telah menyatakan bahwa MERS-CoV merupakan penyakit potensial PHEIC dan memberikan rekomendasi mengenai respons terhadap MERS-CoV yaitu dengan meningkatkan kapasitas laboratorium, surveilans, peningkatan pengendalian infeksi dan manajemen klinis, komunikasi risiko, penelitian epidemiologi dan klinis.
Sampai dengan tanggal 25 Agustus 2014, dilaporkan kasus yang diduga MERS-CoV sebanyak 136 kasus dari 20 provinsi dan tidak ada yang positif MERS-CoV. Adanya laporan dugaan kasus ini merupakan bukti bahwa upaya kesiapsiagaan kita terutama surveilans telah berjalan.
Strategi yang juga dilakukan adalah :
}  Penguatan Koordinasi lintas program dan lintas Sektor.
}  Advokasi dan Sosialisasi
}  Surveilans  di pintu masuk ke Indonesia
}  Surveilans di Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rumah Sakit
}  Penguatan jejaring  laboratorium
}  Komunikasi Risiko /KIE
}  Penguatan kapasitas
}  Tata laksana kasus
}  Pengendalian Infeksi



Melalui strategi tersebut maka upaya-upaya yang telah dilakukan adalah al ;
1.    Pembekalan  kepada TKHI dlm penanggulangan MERS-CoV
2.    Menyiapkan Pelayanan Kesehatan  haji di 15 Embarkasi/ Debarkasi (KKP) beserta 100 RS Rujukan
  1. Meningkatkan kesiapan laboratorium termasuk penyediaan reagen & alat diagnostik
  2. Penyebaran informasi kpd jamaah umroh melalui penyelenggara umroh
Dan untuk jemaah haji yang melakukan perjalanan ke daerah yang beresiko dengan penyakit tersebut maka perlu dilakukan
1.    Menjaga perilaku hidup bersih dan sehat
2.    Cukup istirahat
3.    Jangan merokok
4.    Rajin mencuci tangan dengan sabun (CTPS)
5.    Bila mungkin menghindari kerumunan bila tidak gunakan masker
6.    Bila batuk agar tutup mulut dengan tisu atau lengan
7.    Kalau ada infeksi saluran pernapasan agar berobat ke fasilitas kesehatan terdekat

VIRUS EBOLA
Selain MERS-CoV, muncul penyakit new emrging lainnya yaitu Penyakit Virus Ebola yang penyebaran dan angka kematiannya sangat mengkhawatirkan, sehingga WHO telah menetapkan bahwa penyakit ini merupakan PHEIC pada 8 agustus 2014 yang lalu. Penyakit virus ebola yang menjangkit negara – negara di Afrika Barat merupakan kejadian luar biasa yang juga bisa menjadi risiko kesehatan masyarakat bagi negara lainnya. Kemungkinan penyebaran secara global menjadi bagian yang serius karena virulensi virus, pola penularan di masyarakat dan sarana pelayanan kesehatan  dan lemahnya health systems pada negara – negara yang berisiko.  Sampai tanggal 25 Agustus 2014, jumlah kasus yang dilaporkan ke WHO adalah 2615 dengan 1427 kematian (CFR 54,57 %) yang tersebar di 4  negara Afrika barat, yaitu Guinea, Liberia, Sierra Leone dan Nigeria.
Dengan kondisi ini, maka seluruh negara direkomendasikan untuk melaksanakan upaya kesiapsiagaan menghadapi penyebaran Penyakit Virus Ebola ini termasuk di Indonesia.


Cara Penularan
Virus Ebola ditularkan melalui kontak langsung dengan darah, cairan tubuh, dan jaringan orang atau hewan (simpanse, gorila, monyet, antelop hutan, kelelawar buah) terinfeksi.
Ø  Penularan terjadi pada orang yang terinfeksi yang memiliki gejala.
Ø  Risiko penularan rendah pada orang terinfeksi yang asimptomatik
Ø   Belum ada vaksin
Pengobatan
Ø  Belum ada pengobatan spesifik
Ø  Pengobatan bersifat suportif, bergantung kondisi pasien

Pencegahan
      Hindari kontak dengan orang sakit, terutama dengan gejala penyakit virus ebola
      Hindari kontak dengan hewan penular yang sakit atau mati
      Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS), termasuk Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
      Mengkonsumsi makanan yang diolah dengan baik
      Segera mencari pertolongan ke sarana pelayanan kesehatan terdekat bila bergejala sakit
      Hindari kontak dengan orang sakit, terutama dengan gejala penyakit virus ebola
      Hindari kontak dengan hewan penular yang sakit atau mati
      Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS), termasuk Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
      Mengkonsumsi makanan yang diolah dengan baik
      Segera mencari pertolongan ke sarana pelayanan kesehatan terdekat bila bergejala sakit





Tidak ada komentar:

Posting Komentar